Siswa di sekolah pasti berbeda-beda, baik dalam
sikap, kecerdasa, bahkan ahlakmya. Dimanapun anda mengajar pasti menemukan
keunikan ataupun hal baru yang anda dapatkan dari siswa yang anda bombing. Akan
tetapi pertanyaannya jika kecerdasan mungkin bisa beda, apakah ahlak juga boleh
berbeda? Apakah boleh ada siswa yang memiliki ahlak buruk? Atau seperti apa?,
sebagai guru pernahkan anda sejenuk merenungkan sebenarnya untuk apa anda
mengajar, apakah hanya untuk mencerdaskan anak, agar mereka dapat juara, kemudian
berprestasi, kemudian setelah lulus mereka diterima diperguruan tinggi favorit
setelah itu mendapatkan kerja yang bagus dan berpenghasilan tinggi?
Mungkin itu
pada umumnya pikiran dari banyak guru. Akan tetapi sebagai guru perlu
memperhatikan ahlak siswanya. Jangan sampai dengan kecerdasan dan kesuksessan
yang mereka dapatkan malah digunakan untuk suatu hal yang tidak sesuai dengan
apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Bahwa ilmu itu harus dibagikan,
ditebarkan kebermanfaatannya agar seluruh umat manusia di dunia memiliki
kehidupan yang sejahtera khsusnya bagi umat Islam. Kemudian pertanyaannya
bagaimana mengajarkan ahlak?
Pada kesempatan kali ini penulis akan
memberikan ide tentang cara mengajarkan ahlak. Ada 3 cara untuk mengajarkan
ahlak, yakni:
1. Keteladanan (Uswatun Hasanah)
Bahwasannya
sikap dasar seorang anak memiliki kecenderungan atau sifat peniru yang sangat
besar sekali, maka metode uswatun khasanah “contoh teladan” dari orang-orang
yang dekat dengan anak itu mungkin salah satu cara yang paling tepat. Dalam hal
ini orang yang paling dekat kepada anak
adalah orang tuanya, karena itu contoh teladan dari orang tuanya sangat
berpengaruh pada pembentukan mental dan akhlak anak-anak. Sehingga sebagai guru
kita harus menjalin hubungan yang baik dengan orang tua siswa yang sedang
belajar pada kita, sehingga apa yang telah kita ajarkan di sekolah tidak
terputus dan nantinya ketika di rumah dapat ditinjak lanjuti oleh orang tua
tentang apa yang sudah kita ajarkan kepada siswa, agar terjadi sinkronisasi.
2. Nasihat
Diantara
cara mendidik yang mungkin efektif didalam upaya membentuk keimanan anak,
mempersiapkannya secara moral, psikis dan secara sosial adalah mendidiknya
dengan memberi nasehat. Yang dimaksud memberi nasehat adalah memberi
peringatan untuk menghindari suatu perbuatan yang dilarang dan memerintahkan
untuk mengerjakan perbuatan yang baik dengan berbicara lemah lembut, sehingga
menyentuh hati anak yang dinasehati. “Maka suatu hal yang pasti jika pendidik
memberi nasehat dengan jiwa yang ikhlas, suci dan dengan hati terbuka serta
akal yang bijak, maka nasehat itu akan lebih cepat berpengaruh terhadap ahlak
siswa. Bahkan dengan cepat siswa akan tunduk kepada kebenaran dan menerima
hidayah Allah yang diturunkan”.
3. Pembiasaan
Sejak kecil
anak harus dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang baik, dilatih
untuk bertingkah laku yang baik, diajari sopan santun dan sebagainya. Karena
pada umumnya ketika ada anak yang nakal, kemudian tanya “kenapa kamu kok
merokok?” pasti kebanyakan mereka menjawab “loh, dulu saya sama orang tua saya
tidak pernah dilarang bahkan ditunjukkan bagaimana cara merokok”. Kebiasaan
mengambil peran penting dalam membentuk pribadi anak, banyak contoh pola
kehidupan yang terjadi dalam keluarga menjadi dasar-dasar pembentukan pola
kehidupan anak, dan tujuan dari pembiasaan itu sendiri adalah peranan
kecakapan-kecakapan berbuat dan menyampaikan sesuatu, agar cara-cara tepat
dapat dikuasai. Nah sebagai guru selain berdakwah kepada siswa, kita juga tidak
boleh lupa untuk berdakwah kepada orang tuanya karena mereka lah yang menjadi
panutan saat berada di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar