Rabu, 21 Februari 2018

Mengajarkan Akhlaq


Siswa di sekolah pasti berbeda-beda, baik dalam sikap, kecerdasa, bahkan ahlakmya. Dimanapun anda mengajar pasti menemukan keunikan ataupun hal baru yang anda dapatkan dari siswa yang anda bombing. Akan tetapi pertanyaannya jika kecerdasan mungkin bisa beda, apakah ahlak juga boleh berbeda? Apakah boleh ada siswa yang memiliki ahlak buruk? Atau seperti apa?, sebagai guru pernahkan anda sejenuk merenungkan sebenarnya untuk apa anda mengajar, apakah hanya untuk mencerdaskan anak, agar mereka dapat juara, kemudian berprestasi, kemudian setelah lulus mereka diterima diperguruan tinggi favorit setelah itu mendapatkan kerja yang bagus dan berpenghasilan tinggi?
Mungkin itu pada umumnya pikiran dari banyak guru. Akan tetapi sebagai guru perlu memperhatikan ahlak siswanya. Jangan sampai dengan kecerdasan dan kesuksessan yang mereka dapatkan malah digunakan untuk suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Bahwa ilmu itu harus dibagikan, ditebarkan kebermanfaatannya agar seluruh umat manusia di dunia memiliki kehidupan yang sejahtera khsusnya bagi umat Islam. Kemudian pertanyaannya bagaimana mengajarkan ahlak?
Pada kesempatan kali ini penulis akan memberikan ide tentang cara mengajarkan ahlak. Ada 3 cara untuk mengajarkan ahlak, yakni:

1.     Keteladanan (Uswatun Hasanah)
Bahwasannya sikap dasar seorang anak memiliki kecenderungan atau sifat peniru yang sangat besar sekali, maka metode uswatun khasanah “contoh teladan” dari orang-orang yang dekat dengan anak itu mungkin salah satu cara yang paling tepat. Dalam hal ini orang yang  paling dekat kepada anak adalah orang tuanya, karena itu contoh teladan dari orang tuanya sangat berpengaruh pada pembentukan mental dan akhlak anak-anak. Sehingga sebagai guru kita harus menjalin hubungan yang baik dengan orang tua siswa yang sedang belajar pada kita, sehingga apa yang telah kita ajarkan di sekolah tidak terputus dan nantinya ketika di rumah dapat ditinjak lanjuti oleh orang tua tentang apa yang sudah kita ajarkan kepada siswa, agar terjadi sinkronisasi.

2.     Nasihat
Diantara cara mendidik yang mungkin efektif didalam upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, psikis dan secara sosial adalah mendidiknya dengan memberi nasehat. Yang dimaksud memberi nasehat adalah memberi peringatan untuk menghindari suatu perbuatan yang dilarang dan memerintahkan untuk mengerjakan perbuatan yang baik dengan berbicara lemah lembut, sehingga menyentuh hati anak yang dinasehati. “Maka suatu hal yang pasti jika pendidik memberi nasehat dengan jiwa yang ikhlas, suci dan dengan hati terbuka serta akal yang bijak, maka nasehat itu akan lebih cepat berpengaruh terhadap ahlak siswa. Bahkan dengan cepat siswa akan tunduk kepada kebenaran dan menerima hidayah Allah  yang diturunkan”.

3.     Pembiasaan
Sejak kecil anak harus dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang baik, dilatih untuk bertingkah laku yang baik, diajari sopan santun dan sebagainya. Karena pada umumnya ketika ada anak yang nakal, kemudian tanya “kenapa kamu kok merokok?” pasti kebanyakan mereka menjawab “loh, dulu saya sama orang tua saya tidak pernah dilarang bahkan ditunjukkan bagaimana cara merokok”. Kebiasaan mengambil peran penting dalam membentuk pribadi anak, banyak contoh pola kehidupan yang terjadi dalam keluarga menjadi dasar-dasar pembentukan pola kehidupan anak, dan tujuan dari pembiasaan itu sendiri adalah peranan kecakapan-kecakapan berbuat dan menyampaikan sesuatu, agar cara-cara tepat dapat dikuasai. Nah sebagai guru selain berdakwah kepada siswa, kita juga tidak boleh lupa untuk berdakwah kepada orang tuanya karena mereka lah yang menjadi panutan saat berada di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan Seseorang

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan yang setinggi-tingginya.akan tetapi bersama itu mereka membawa kelemahan dan...